16 Tahun Tsunami Aceh, Masih Ada Korban Menanti Bantuan Rumah

Peristiwa gempa dan tsunami Aceh telah 16 tahun berlalu. Bencana alam maha dahsyat itu masih menyisakan sejarah bagi masyarakat Aceh.
Kendati Aceh telah bangkit kembali, namun masih ditemukan warga belum mendapatkan bantuan dampak tsunami Aceh hingga saat ini. Hal itu disampaikan Kepala Kantor Ombudsman RI Perwakilan Aceh, Taqwaddin, saat menerima laporan dari masyarakat di kantornya.
Kisah sedih itu diceritakan oleh Sri Rahayu (52), warga yang tinggal di Kota Banda Aceh. Sri merupakan korban gempa dan tsunami Aceh yang hingga kini belum merasakan dampak dari pembangunan Aceh.
Sri Rahayu datang ke Kantor Ombudsman RI Perwakilan Aceh untuk membuat laporan karena ia dan keluarganya belum mendapatkan bantuan tempat tinggal dari pemerintah.
"Padahal rumah bantuan tsunami cukup banyak dibangun oleh pihak luar maupun oleh pemerintah sendiri. Mirisnya, masih ada korban yang juga terkatung-katung karena belum mendapatkan rumah bantuan tersebut," kata Taqwaddin dalam keterangannya, Sabtu (26/12).
Taqwaddin menjelaskan, alasan perempuan itu belum mendapatkan rumah bantuan lantaran Rahayu tidak memiliki lahan atau tanah untuk rumah tapak. Rahayu juga hanya tinggal seorang diri, sedangkan suami dan empat anaknya meninggal dunia dilumat tsunami .
Menurut cerita Rahayu, saat tsunami 16 tahun lalu, dirinya terdampar hingga ke Pulau Sabang.
"Saya baru sadar setelah disiram oleh orang di sebuah pulau. Ketika saya bangun dan bertanya ini di mana, masyarakat sekeliling saya bilang ini di Sabang" cerita Rahayu.
"Saya tidak sadar sudah terdampar dari Banda Aceh ke Sabang, kaki saya patah dan digigit ikan. Ketika pulang ke Banda Aceh, saya melihat rumah tempat tinggal saya sudah rata dengan tanah yang berlokasi di Lampulo" tambahnya.
Taqwaddin mengaku kaget saat menerima aduan dari Rahayu. Pasalnya, sudah belasan tahun Rahayu tinggal berdua dengan ibunya dan statusnya masih menyewa rumah.
Sebuah masjid berdiri sendiri di antara daerah yang hancur di pantai Barat provinsi Aceh, (19/1/2005). Foto: AFP PHOTO / Adek Berry
"Saya kaget mendengar cerita Ibu Sri Rahayu. Kebetulan saat itu saya ikut mendengarkan langsung cerita yang disampaikan oleh korban tersebut. Dia datang ke kantor membuat laporan pada Rabu (23/12) lalu," ungkap Taqwaddin.
Menurutnya, Rahayu sudah sempat memohon rumah bantuan dari pemerintah. Namun, terkendala karena yang bersangkutan tidak memiliki tanah.
"Berdasarkan data laporan di Ombudsman RI Aceh, masih ada 6 keluarga korban tsunami yang belum mendapatkan rumah bantuan. Sementara ada ribuan lainnya warga masyarakat Aceh yang fakir, yang tidak memiliki lahan sendiri sehingga selama ini tidak bisa mendapatkan bantuan rumah dhuafa," jelas dia.
Terkait laporan Rahayu, Taqwaddin mendorong Pemerintah Aceh untuk melakukan penyediaan tanah bagi kaum fakir dan sisa korban tsunami lainnya.
"Program ini saya kira penting mengingat masih adanya para korban tsunami yang juga fakir yang belum dapat rumah bantuan" pungkasnya.