• ,
  • - +

Kabar Perwakilan

RSUD Prof WZ Johannes Kupang Kehabisan Obat Kanker, Pasien Menumpuk
PERWAKILAN: NUSA TENGGARA TIMUR • Selasa, 08/01/2019 •
 
RSUD Kupang (Google)

KUPANG - Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Prof Dr WZ Johannes Kupang alami kehabisan obat. Tak main-main, obat yang habis di rumah sakit milik Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur itu adalah obat untuk penyakit kanker.

Hal ini mengakibatkan, pasien yang harus melakukan kemoterapi harus menunda perawatannya. Bukan itu saja, selain kehabisan obat, ruangan pencampuran obat di satu-satunya rumah sakit rujukan di provinsi berbasis kepulauan itu pun bocor.

Kepala Perwakilan Ombudsman Provinsi NTT Darius Beda Daton mengaku, telah menanyakan ikhwal kondisi itu ke manajemen RSUD Prof Dr WZ Johannes dan diakui manajemen. Menurut manajemen, kehabisan obat khusus pasien kanker itu bukan karena salah rancangan di daerah, tetapi memang habis dari pusat.

"Obat kemo yang sedang kosong berupa Mesna (Uromitexan). Informasinya kosong dari pusat. Obat yang lain sementara masih ada," katanya di Kupang, Selasa (8/1/2019).

  Menurut Darius, semua obat bagi penderita kanker yang saat ini tidak tersedia di rumah sakit itu merupakan obat yang dibiayai BPJS. Namun, dirinya menampik jika kondisi ini sengaja dilakukan. 

 "Kasihan pasien kanker yang harus menjalani kemoterapi secara rutin bisa berbahaya," katanya.

Dirinya mengatakan, RSUD tersebut tak bisa melayani pasien untuk kemoterapi. Hal tersebut membuat pasien menumpuk di rumah sakit tersebut.

"Pasien kanker kan harus dikemo secara teratur sesuai waktu yang ditentukan. Jika obat kosong, bahaya mereka. Pasien kanker menumpuk di sana," katanya.

Menurut dia, koordinasinya dengan pihak manajemen rumah sakit tersebut sebagai bagian pelaksanaan fungsinya atas aduan pasien yang kanker yang tak terlayani manajemen di rumah sakit.

"Saya sejak Senin siang kemarin sudah koordinasi via WA dengan manajemen RSUD Johannes, dengan direktur, wadir pelayanan dan kepala instalasi farmasi untuk memastikan kebenaran keluhan salah seorang dokter di RS ini dan ternyata benar," katanya.

Namun, begitu pihak rumah sakit juga mengaku jika proses pencampuran obat untuk kemoterapi sudah bisa terlaksana dan sudah bisa melakukan pelayanan pasien.

Selain kehabisan obat, kondisi rumah sakit itu pun alami bocor hampir di sejumlah ruangan. Salah satunya, kata Darius di ruangan Neonatal Intensive Care Unit (NICU).

Ruangan khusus perawatan intensif untuk bayi (sampai usia 28 hari) dan anak-anak yang memerlukan pengobatan dan perawatan intensif ini saat ini rusak dan masih dalam perbaikan. Akibatnya sejumlah bayi penghuni ruangan itu dipindahkan sementara ke ruangan lain yang bukan peruntukannya.

"Ya bayi-bayi dipindahkan ke ruangan lain karena kabarnya sedang dalam perbaikan," katanya.

Di kondisi ini lanjut Darius pihaknya hanya bisa pasrah dengan keadaannya, meskipun imbauan kepada menejemen rumah sakit terus dilakukan demi penataan tata kelola manajemen yang lebih bermutu dan berkualitas kepada masyarakat.

Seorang pasien kanker yang meminta namanya tak disebut mengaku pasrah. Dia mengatakan tak berdaya dan tak bisa berbuat banyak di kondisi kehabisan obat ini.

"Saya harusnya jalani kemoterapi namun tak bisa karena ketiadaan obat. Saya pasrah," tuturnya.

Dia berharap kondisi (kehabisan obat) ini tidak berlangsung lama sehingga pelayanan bagi pasien kanker segera bisa dilakukan. "Semoga segera teratasi," tutup ibu dua anak itu.    


Loading plugin...



Loading...

Loading...
Loading...


Loading...
Loading...